Untuk Memajukan Pasar Modal, Indonesia Masih Kekurangan Analis Finansial Bersertifikat CFA
Sebagai negara dengan jumlah penduduk yang banyak pada masa modern ini, masih terdapat beberapa kendala. Apalagi di tengah pertumbuhan industri pasar modal nasional yang belum terimbangi dengan kesadaran akan investasi dalam pasar modal.
Dalam mengembangkan pasar modal Tanah air di tengah Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), untuk itu dibutuhkan banyak analis finansial yang bersertifikasi CFA (Chartered Financial Analyst).
Dengan jumlah pemegang sertifikat CFA yang masih kurang, padahal pasar modal Indonesia masih sangat potensial untuk berkembang.
“CFA sangat diperlukan untuk membantu menganalisa dalam pengambilan keputusan keuangan. Namun, jumlah pemegang sertifikat di Indonesia masih sangat kecil bahkan relatif sama dengan Srilanka yang market cap-nya lebih kecil dari Indonesia,” kata Pahala (President CFA Society Indonesia diJakarta, Sabtu (2/4/2016).
Edhi Widjojo, Board of member CFA Indonesia, menjelaskan, saat ini pemegang CFA di Indonesia hanya 170 orang. Jumlah tersebut seharusnya bisa lebih besar karena potensi yang ada di pasar modal Indonesia. padahal Singapura sudah 2.500 dan Hong Kong 5.000 orang.
Harusnya idelanya paling minimal 1.000 orang, dengan begitu Negara kita masih kalah jauh dengan negara-negara tetangga.
Untuk mendapatkan sertifikat CFA sendiri cukup mengikuti pendidikan dengan modul dan mengikuti ujian akhir setiap satu tahun sekali untuk setiap tingkatan. Tingkatan pendidikannya sendiri ada tiga tahap plus dengan pengalaman kerja selama satu tahun.
Namun minat generasi muda Indonesia akan hal ini mulai meningkat, Terutama pada mereka yang masih duduk dibangku kuliah. Pemegang CFA tidak terbatas hanya di pasar modal namun juga bisa di , konsultan, perbankan, perusahaan sekuritas dan lainnya.
(dilansir dari liputan6)
Dalam mengembangkan pasar modal Tanah air di tengah Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), untuk itu dibutuhkan banyak analis finansial yang bersertifikasi CFA (Chartered Financial Analyst).
Dengan jumlah pemegang sertifikat CFA yang masih kurang, padahal pasar modal Indonesia masih sangat potensial untuk berkembang.
“CFA sangat diperlukan untuk membantu menganalisa dalam pengambilan keputusan keuangan. Namun, jumlah pemegang sertifikat di Indonesia masih sangat kecil bahkan relatif sama dengan Srilanka yang market cap-nya lebih kecil dari Indonesia,” kata Pahala (President CFA Society Indonesia diJakarta, Sabtu (2/4/2016).
Edhi Widjojo, Board of member CFA Indonesia, menjelaskan, saat ini pemegang CFA di Indonesia hanya 170 orang. Jumlah tersebut seharusnya bisa lebih besar karena potensi yang ada di pasar modal Indonesia. padahal Singapura sudah 2.500 dan Hong Kong 5.000 orang.
Harusnya idelanya paling minimal 1.000 orang, dengan begitu Negara kita masih kalah jauh dengan negara-negara tetangga.
Untuk mendapatkan sertifikat CFA sendiri cukup mengikuti pendidikan dengan modul dan mengikuti ujian akhir setiap satu tahun sekali untuk setiap tingkatan. Tingkatan pendidikannya sendiri ada tiga tahap plus dengan pengalaman kerja selama satu tahun.
Namun minat generasi muda Indonesia akan hal ini mulai meningkat, Terutama pada mereka yang masih duduk dibangku kuliah. Pemegang CFA tidak terbatas hanya di pasar modal namun juga bisa di , konsultan, perbankan, perusahaan sekuritas dan lainnya.
(dilansir dari liputan6)
0 Response to "Untuk Memajukan Pasar Modal, Indonesia Masih Kekurangan Analis Finansial Bersertifikat CFA"
Posting Komentar